Kamis, 31 Mei 2012

Siapakah Sunjaya?

Siapakah Sunjaya....?

Nama Lengkapnya Drs.H.Sunjaya Purwadi Sastra,MM.MSi. Lahir di Cirebon tanggal 1 Juni 1965 tepatnya di Desa Beberan Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Ayahnya Bernama H. Sobana bin Tarkasih (alm) Asli keturunan Trusmi Plered, Cirebon. ia Seorang Kepala Desa Beberan yang dikenal dan disegani dari unsur TNI AU.  Ibunya Bernama Hj. Sumaeni binti Kaban Purwadisastra putra seorang Kepala Sekolah yang juga Kepala Desa Selenra,Gegesik,Cirebon.

Sunjaya adalah anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. Akibat konflik politik di era 1965, Hj. Sumaeni sebagai istri Kepala Desa sangat disibukan dengan kegiatan-kegiatan organisasi untuk mendukung kegiatan suaminya Pak Kuwu Sobana. Maka pada usia dua bulan Sunjaya dititipkan kepada Mbok Jenah (pembantu) dan disusui oleh anak Mbok Jenah bernama Bi Tuminah.

Sunjaya semenjak berusia dua bulan sudah tidak tinggal bersama kedua orangtuanya melainkan dengan pembantunya Mbok Jenah yang kebetulan punya anak laki-laki seusia Sunjaya sehingga semenjak itu Sunjaya tidak lagi menyusu Pada Ibu Kandungnya melainkan pada Ibu dari anak Pembantunya.

Sungguh sangat malang anak kandung Bi Tuminah meninggal dunia satu bulan setelah Sunjaya ikut bersama-sama menyusu, maka semenjak itulah Sunjaya dianggap anak kandungnya sendiri oleh Bi Tuminah. Mbok Jenah sangat sayang Pada Sunjaya begitupun Bi Tuminah.
Sunjaya semenjak kecil dibesarkan di keluarga Mbok Jenah (pembantu) dan bahkan tidak mengenal saudara-saudaranya, karena merasa dirinya seorang anak pembantu. Pada usia enam atau tujuh tahun Sunjaya mulai ingat tentang perjalanan hidupnya dimana hampir setiap hari digendong Mbok Jenah yang datang kerumah Kuwu Sobana (majikannya) dan sore harinya pulang kerumah Mbok Jenah.

Sunjaya tahu diri karena merasa seorang anak pembantu maka untuk makan pun harus dibeda-bedakan dengan anak majikannya yang waktu kecil Sunjaya belum tahu kalau itu saudara kandungnya sendiri. Bukan sajah makanan, berpakaianpun tentu juga dibedakan karena anak seorang pembantu tentunya. Sunjaya teringat masa kecilnya yang disia-siakan oleh saudara-saudaranya dimana makanpun harus diumpetin dikolong meja dan ditutupin tikar oleh Mbok Jenah supaya Sunjaya bisa makan dengan tenang dan enak tentunya.
Sangat disayangkan Pada usia tiga tahun Bi Tuminah cerai dengan Mang Marta (suaminya) dan tak lama kemudian dia menikah lagi dengan laki-laki lain dan sampai sekarang tidak tahu lagih alamat Bi Tuminah, apakah masi ada atau sudah tidak ada, sedangkan Mbok Jenah dan Mang Marta sudah meninggal dunia.

Sunjaya tidak jarang Pada waktu kecilnya sering dimaki-maki dan disuruh anak-anak majikannya melakukan sesuatu, hal ini tentu Sunjaya turuti dan ikut perintah majikannya yang tidak lain adalah saudara kandungnya sendiri.

Pada usia Sembilan Tahun Sunjaya sudah mandira dengan jualan ES Lilin yang mengambilnya dari Pabrik Gula Gempol, dengan berjalan kaki kurang lebih 3 (tiga) kilo meter dengan teman-temannya yang sama-sama seprofesi berjualan ES Lilin.
Sunjaya Kecil berjualan ES Lilin di Sekolah dan kampungnya berkeliling untuk mencari keuntungan dan hasilnya diserahkan Pada Mbok Jenah. Tentu hal ini dilakukannya hampir setiap hari dan bahkan ada beberapa orang mengatakan "Kok Anak Pak Kuwu Jualan ES Lilin". Hal inipun menjadi pertanyaan Sunjaya, kenapa saya dibilang anaknya Pak Kuwu. Padahal sehari-hari saya selalu hidup dengan Mbok Jenah.

Pada puncaknya Sunjaya dimaki-maki oleh Ibunya Hj. Sumaeni, karena dengan berjualan ES Lilin dapat mengancurkan nama baik keluarga, katanya. Maka kebingungan mulai terkuak, kalau Sunjaya adalah anak dari Pak Kuwu Sobana. Tapi anehnya kenapa Sunjaya tetap diperlakukan layaknya sebagai anak pembantu, yang katanya anak Pak Kuwu Sobana..???

Dan Nyatanya Sunjaya tetap tinggal dengan Mbok Jenah. Hal ini tetap membuat Sunjaya kebingungan, siapa sebenarnya orangtuanya tersebut.

Sunjaya mulai sadar dan percaya setelah lulus Sekolah Dasar, yang mana di ijazah tercantum nama orangtuanya adalah Pak Kuwu Sobana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar