Siapakah Sunjaya....?
Nama
Lengkapnya Drs.H.Sunjaya Purwadi Sastra,MM.MSi. Lahir di Cirebon
tanggal 1 Juni 1965 tepatnya di Desa Beberan Kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon. Ayahnya Bernama H. Sobana bin Tarkasih (alm) Asli
keturunan Trusmi Plered, Cirebon. ia Seorang Kepala Desa Beberan yang
dikenal dan disegani dari unsur TNI AU. Ibunya Bernama Hj. Sumaeni
binti Kaban Purwadisastra putra seorang Kepala Sekolah yang juga Kepala
Desa Selenra,Gegesik,Cirebon.
Sunjaya adalah anak ke tujuh
dari sembilan bersaudara. Akibat konflik politik di era 1965, Hj.
Sumaeni sebagai istri Kepala Desa sangat disibukan dengan
kegiatan-kegiatan organisasi untuk mendukung kegiatan suaminya Pak Kuwu
Sobana. Maka pada usia dua bulan Sunjaya dititipkan kepada Mbok Jenah
(pembantu) dan disusui oleh anak Mbok Jenah bernama Bi Tuminah.
Sunjaya semenjak berusia dua
bulan sudah tidak tinggal bersama kedua orangtuanya melainkan dengan
pembantunya Mbok Jenah yang kebetulan punya anak laki-laki seusia
Sunjaya sehingga semenjak itu Sunjaya tidak lagi menyusu Pada Ibu
Kandungnya melainkan pada Ibu dari anak Pembantunya.
Sungguh sangat malang anak
kandung Bi Tuminah meninggal dunia satu bulan setelah Sunjaya ikut
bersama-sama menyusu, maka semenjak itulah Sunjaya dianggap anak
kandungnya sendiri oleh Bi Tuminah. Mbok Jenah sangat sayang Pada
Sunjaya begitupun Bi Tuminah.
Sunjaya
semenjak kecil dibesarkan di keluarga Mbok Jenah (pembantu) dan bahkan
tidak mengenal saudara-saudaranya, karena merasa dirinya seorang anak
pembantu. Pada usia enam atau tujuh tahun Sunjaya mulai ingat tentang
perjalanan hidupnya dimana hampir setiap hari digendong Mbok Jenah yang
datang kerumah Kuwu Sobana (majikannya) dan sore harinya pulang kerumah
Mbok Jenah.
Sunjaya tahu diri karena merasa
seorang anak pembantu maka untuk makan pun harus dibeda-bedakan dengan
anak majikannya yang waktu kecil Sunjaya belum tahu kalau itu saudara
kandungnya sendiri. Bukan sajah makanan, berpakaianpun tentu juga
dibedakan karena anak seorang pembantu tentunya. Sunjaya teringat masa
kecilnya yang disia-siakan oleh saudara-saudaranya dimana makanpun harus
diumpetin dikolong meja dan ditutupin tikar oleh Mbok Jenah supaya
Sunjaya bisa makan dengan tenang dan enak tentunya.
Sangat
disayangkan Pada usia tiga tahun Bi Tuminah cerai dengan Mang Marta
(suaminya) dan tak lama kemudian dia menikah lagi dengan laki-laki lain
dan sampai sekarang tidak tahu lagih alamat Bi Tuminah, apakah masi ada
atau sudah tidak ada, sedangkan Mbok Jenah dan Mang Marta sudah
meninggal dunia.
Sunjaya tidak jarang Pada waktu
kecilnya sering dimaki-maki dan disuruh anak-anak majikannya melakukan
sesuatu, hal ini tentu Sunjaya turuti dan ikut perintah majikannya yang
tidak lain adalah saudara kandungnya sendiri.
Pada
usia Sembilan Tahun Sunjaya sudah mandira dengan jualan ES Lilin yang
mengambilnya dari Pabrik Gula Gempol, dengan berjalan kaki kurang lebih 3
(tiga) kilo meter dengan teman-temannya yang sama-sama seprofesi
berjualan ES Lilin.
Sunjaya
Kecil berjualan ES Lilin di Sekolah dan kampungnya berkeliling untuk
mencari keuntungan dan hasilnya diserahkan Pada Mbok Jenah. Tentu hal
ini dilakukannya hampir setiap hari dan bahkan ada beberapa orang
mengatakan "Kok Anak Pak Kuwu Jualan ES Lilin". Hal inipun menjadi
pertanyaan Sunjaya, kenapa saya dibilang anaknya Pak Kuwu. Padahal
sehari-hari saya selalu hidup dengan Mbok Jenah.
Pada puncaknya Sunjaya
dimaki-maki oleh Ibunya Hj. Sumaeni, karena dengan berjualan ES Lilin
dapat mengancurkan nama baik keluarga, katanya. Maka kebingungan mulai
terkuak, kalau Sunjaya adalah anak dari Pak Kuwu Sobana. Tapi anehnya
kenapa Sunjaya tetap diperlakukan layaknya sebagai anak pembantu, yang
katanya anak Pak Kuwu Sobana..???
Dan
Nyatanya Sunjaya tetap tinggal dengan Mbok Jenah. Hal ini tetap membuat
Sunjaya kebingungan, siapa sebenarnya orangtuanya tersebut.
Sunjaya mulai sadar dan percaya
setelah lulus Sekolah Dasar, yang mana di ijazah tercantum nama
orangtuanya adalah Pak Kuwu Sobana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar